Kesatuan Harmonis di Nagari Tuo Pariangan
By : Asro Suardi (Asro Sikumbang Minangkabau)
Catatan Perjalanan dan Pengalaman menelusuri/menggali Kekayaan Minangkabau dan Nusantara
Budget Travel, sebuah media pariwisata internasional dunia pernah menganugerahkan 5 desa terindah didunia pada akhir tahun 2012, salah satu Desa terindah di Dunia berada di Indonesia. Desa ini bersanding dengan Desa Wengen (Swiss), Eze (Prancis), Niagara on the Lake (Kanada) serta Cesky Krumlov (Ceko). Paduan harmonis alam, masyarakat, sejarah dan kebudayaan yang tumbuh bisa menjadi alasan atas penghargaan sebagai saah satu desa terindah.
Desa ini terletak di kaki Gunung Marapi. Salah satu gunung yang masih aktif di Sumatera Barat. Nagari1 Pariangan, Kecamatan Pariangan, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Merupakan desa yang pernah mendapat julukan sebagai salah satu desa terindah di Dunia.
Bagaimana posisi Pariangan dikenal luas oleh Masyarakat Minangkabau/Sumatera Barat ?
Sesuai dengan pengalaman yang saya terima sejak kecil hingga di dunia pendidikan serta pengalaman perjalanan. Pariangan dikenal luas oleh masyarakat di Minangkabau/ Sumatera Barat karena Nagari ini dalam Tambo2 alam Minangkabau merupakan asal – muasal tempat tumbuh dan berkembangnya masyarakat Minangkabau.
Masyarakat Minangkabau yakin bahwa nenek moyang mereka berasa dari puncak Gunuang Marapi sebagaimana diungkapkan pantun adat yang merupakan petikan sejarah dari tambo alam minangkabau yang berbunyi :
Dari Mano Titiak Palito
Dari Telong Nan Batali
Dari Mano Asa Niniak Kito
Dari Puncak Gunuang Marapi Sagadang Talua Itiak
Dalam bahasa Indonesia berbunyi :
Darimana titik pelita
Dari telong3 yang bertali
Dari mana asa nenek (moyang) kita
Dari puncak gunung marapi sebesar telur itik
Dari ungkapan diatas, masyarakat Minang mempercayai bahwa nenek moyang mereka berasal dari puncak gunung Marapi karena pada masanya konon marapi hanya masih terlihat puncaknya dan daratan lainnya masih tergenang oleh air. Yang kemudian ketika air surut permukaan daratan dibawah kaki gunung marapi semakin terlihat. Sehingga pemukiman yang awalnya hanya di puncak gunung kemudian terus berkembang ke bawah hingga di kaki gunung. Dalam prosesnya penghuni Minangkabau Tua awal mula berdiam diatas gunung Marapi dan setelah air surut berkembang hingga ke kaki Gunung menjadi 22 buah tempat kediaman. Dan Nagari Pariangan lah menjadi Nagari pertama yang dibuka sehingga dikenal juga sebagai Nagari Tuo (tua) diMinangkabau. Dan dinagari ini pula konon awal berdirinya kerajaan di Minangkabau yaitu Kerajaan Koto Batu dengan rajanya Sultan Sri Maharajo Dirajo4.
Akan tetapi, sepanjang pengalaman dan pengamatan saya. Penyebutan Nagari Tuo di Minangkabau untuk Nagari Pariangan adalah sebutan Nagari Tuo secara peradaban manusia dan kebudayaan di Minangkabau. Karena sejarah yang berkembang di Nagari Pariangan berada pada masa setelah bahtera Nabi Nuh, Masa Periode Hindu dan Budha serta Islam. Setelah juga ditemukan bukti bahwa Minangkabau pernah melewati peninggalan masa Pra Sejarah yaitu dengan ditemukannya bukti – bukti megalith di Luhak5 Limo Puluah Koto (Kabupaten Lima Puluh Kota dan Kota Payakumbuh saat ini). Dalam ungkapan adat Minangkabau tentang sejarah Minangkabau yang berbunyi
“Aia Basintak Turun, Bumi Basintak Naiak”
Artinya :
Air berangsur turun, bumi berangsur naik
Yang jika menurut analogi saya sejajar dengan sejarah Indonesia dan Dunia adalah hampir sama dengan terjadinya peristiwa Bahtera Nabi Nuh dan Legenda Atlantis yang hilang . Yang mana pada peristiwa – peristiwa itu terjadinya bah air besar yang menenggalamkan semua dan kemudian daratan muncul kembali.
Namun kita tidak akan membahas sejarah Minangkabau dalam perspektif Pariangan secara panjang lebar. Pesona Nagari Pariangan akan kita bahas karena adanya keharmonisan Alam, Sejarah, Budaya dan Masyarakat yang terdapat di Pariangan.
Pariangan sangat tepat apabila dijadikan sebagai salah satu desa warisan di Minangkabau dan Indonesia. Melihat pariangan memiliki potensi dan keragaman yang merupakan perpaduan dari keharmonisan terjadinya peristiwa sejarah untuk etnis Minangkabau, tempat tumbuh dan berkembangnya kebudayaan dan adat Minangkabau, masyarakat yang masih menjujung tinggi kearifan lokal dan pesona alam yang semakin menambah keharmonisan untuk Pariangan Sendiri.
Di Nagari Pariangan, terdapat peninggalan – peninggalan Sejarah yang masih terlihat dan terjaga saat ini. Peninggalan tersebut terkait dengan tumbuh dan berkembangnya kebudayaan dan adat Minangkabau. Seperti tempat sawah pertama di Minangakabau yang dikenal dengan “Sawah Satampang Baniah”, Medan Nan Bapaneh yang merupakan susunan batu untuk melakukan sidang, Batu Tungku Tigo Sajarang yang ……, Makam Arsitek Balairung Sari “Tantejo Gurhano” sepanjang +25 meter, Prasasti Pariangan yang menandakan bahwa Adityawarman5 pernah bermukim di nagari ini, Surau Tuo “Islah” yang sudah direnovasi yang dikelilingi surau – surau kaum7 dan Rumah - rumah gadang tua yang masih banyak terlihat hingga saat ini. Bahkan konon pernah ditemukan tapak Candi yang menjadi nama daerah ditempat ini, daerah kecil dipariangan ini dikenal dengan nama “Biaro” atau yang dalam bahasa Indonesia disebut dengan “Biara” yang merupakan tempat beribadah agama Budha. Menurut informasi yang saya terima dari masyarakat Pariangan, masih banyak peninggalan – peninggalan sejarah yang belum diketahui oleh masyarakat banyak. Selain itu Pariangan juga memiliki 3 transkrip tambo yang menjadi salah satu referensi/kunci utama dalam sejarah Minangkabau.
Jadi dapat menjadi analisa perbandingan dalam hal sejarah peradaban Minangkabau. Bahwa peninggalan yang ditemukan di Pariangan lebih bercirikan telah berkembangnya peradaban kebudayaan . Sedangkan peninggalan megalith yang ditemukan di Luhak Limo Puluah Koto diperkirakan berkembang pada masa megalithikum.Dalam hal ini analisa kemudian berkembang dan saya pun berkeyakinan jika di Minangkabau terdapat 2 nagari tuo, yaitu Nagari Mahek (Salah satu nagari yang terdapat di Luhak Limo Puluah Koto/Kabupaten Lima Puluh Kota saat ini) sebagai nagari tuo asal mula peradaban penduduk Minangkabau. Dan Nagari Pariangan sebagai nagari tuo peradaban kebudayaan dan Adat Minangkabau.
Setelah berbicara tentang peninggalan sejarah, pembahasan akan berlanjut kepada Pariangan sebagai pusat perkembangan peradaban adat dan kebudayaan di Minangkabau. Hal ini dapat terlihat jelas dalam ungkapan adat Minangkabau yaitu :
- Pariangan sebagai “Tampuak Tangkai Alam Minangkabau”
- Ungkapan adat yang berbunyi “Baradaik Ka Pariangan, Barajo Ka Pagaruyuang” dalam bahasa Indonesia berbunyi “Beradat ke Pariangan, Beraja ke Pagaruyung7”
Advertisement Advertise your own

0 Komentar
READ NEXT
BACK TO TOP