By Akhyari Hananto

Saya mengajak 2 anak saya bermain di sebuah tempat bermain di salah satu pusat perbelanjaan perlengkapan rumah yang besar di Singapura. Siang itu, mungkin karena menjelang libur panjang di Singapura dimana Idul Fitri dan Hari Kemerdekaan Singapura memang jatuh beriringan pada Kamis 8 Agustus 2013 dan Jumat 9 Agustus 2013, pusat perbelanjaan raksasa itu penuh sesak, dan banyak sekali anak-anak yang mengantri masuk ke taman bermain yang disediakan di lantai satu. Uniknya, untuk alasan keamanan, pengelola taman bermain mengharuskan orangtuanya untuk mengisi formulir yang isinya tentang nama anak, alamat, nama orang tua, nomor telepon, kewarganegaraan, dan tentu saja tanda tangan orangtua. Setelah itu orang tua boleh pergi berbelanja dengan tenang, karena sang anak berada dalam pengawasan dan penjagaan maksimum oleh petugas-petugas di taman bermain tersebut.

Tanpa sengaja, saya sempat melihat daftar asal negara anak-anak tersebut di meja penjaga. Ke 35 anak tersebut (setiap 1 jam hanya boleh ada 35 anak di dalam) ternyata berasal dari lebih dari 10 negara yang berbeda, dan saya masih ingat semuanya, yakni Swedia, Inggris, Italia, Korea, India, Bangladesh, Singapura, Malaysia, Vietnam, dan Indonesia.

Saya melihat dari balik kaca anak-anak kecil berusia 7 tahun ke bawah yang sedang asyik bermain. Hampir separuh dari mereka adalah anak anak lokal Singapura, sisanya adalah turis atau mereka yang ikut orangtuanya yang belajar atau bekerja di Singapura. Saya meyakini bahwa semua anak-anak tersebut mendapatkan perhatian penuh dari orangtua mereka, termasuk membekali mereka dengan pendidikan yang terbaik. Suatu hari, mereka akan kembali ke negaranya masing-masing, untuk bekerja, atau berkarir dan mencari penghidupan. Bisa jadi, anak-anak yang bermain di dalam taman bermain siang itu, saat ini mempunyai kemampuan dan kapasitas yang sama, mungkin hingga beberapa tahun ke depan.

Namun kondisi mereka akan sangat berbeda ketika mereka dewasa dan memasuki dunia kerja di negaranya masing-masing. Anak-anak Swedia mungkin nantinya akan lebih mudah mendapatkan pekerjaan di negaranya dibandingkan dengan anak-anak Bangladesh atau India, orang-orang Korea mungkin akan mendapatkan lebih banyak fasilitas dan kesempatan di masa depan ketika akan memulai bisnis, dibandingkan dengan anak-anak dari Vietnam atau Indonesia.

Itu gambaran saya saat itu, ketika anak-anak saya masih berumur di bawah 7 tahun. Anak-anak saya akan kembali ke indonesia, dan 15-20 tahun lagi, mereka akan memasuki tantangan kehidupan sebenarnya. Masih ada 15-20 tahun bagi Indonesia untuk melapangkan dan memudahkan jalan bagi anak-anak saya, dan jutaan anak-anak lain untuk mampu menghadapi dan menjawab tantangan-tantangan jaman, mendapatkan pekerjaan yang baik, penghasilan yang tinggi, atau bisnis yang terproteksi secara maksimal dan cepat berkembang.

Masih ada 15-20 tahun lagi bagi Indonesia untuk memungkinankan anak-anak saya nanti bisa bilang “Mencari penghidupan di Indonesia, lebih mudah daripada di Korea”. Saya melihat kembali anak-anak yang bermain di dalam, dan berdoa untuk mereka, dan untuk negara-negara asal mereka, agar terus berkembang dan mampu menyediakan kebutuhan-kebutuhan mereka ketika mereka besar nanti.

Amien
Advertisement Advertise your own
Ads Telkom Indonesia
0 Komentar
Tambahkan komentar dengan Akun GNFI / Facebook ...
READ NEXT
BACK TO TOP
Startup-startup terbaik Indonesia
Startup-startup terbaik Indonesia
INFOGRAFIS 9 hours ago
Dolo-dolo Bagi para Pemburu Gerhana Matahari Total di Tidore
Dolo-dolo Bagi para Pemburu Gerhana Matahari Total di Tidore
Tak hanya menyiapkan berbagai fasilitas dan acara untuk wisatawan, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tidore Kepulauan, Maluku Utara telah menyiapkan sebuah tradisi budaya. Mereka akan menyuguhkan tradisi dolo-dolo kepada para wisatawan mancanegara saat Gerhana Matahari Total (GMT) berlangsung.Dolo-dolo merupakan sebuah tradisi budaya yang biasa dilakukan ketika terjadi gerhana matahari atau
Danau ini Simpan "Buku Sejarah" Iklim Terlengkap di Nusantara
Danau ini Simpan "Buku Sejarah" Iklim Terlengkap di Nusantara
Danau Towuti di Luwu Timur, Sulawesi Selatan, menyimpan "buku sejarah" iklim terlengkap di Indonesia. "Buku sejarah" itu berupa lapisan-lapisan sedimen yang berada di dasarnya.
Inilah 9 Danau Terbesar Di Indonesia
Inilah 9 Danau Terbesar Di Indonesia
Danau adalah cekungan besar di permukaan bumi yang digenangi oleh air, baik air tawar maupun asin, yang keseluruhan cekungan tersebut dikelilingi oleh daratan. Karenanya untuk menentukan ukuran (besarnya) danau perlu memperhatikan paling tidak dua aspek yaitu luas permukaan dan volume air. Jumlah danau di Indonesia mencapai ribuan. Menurut data Kementerian Lingkungan
Inilah Masjid Tertua di Kalimantan Barat yang Indah
Inilah Masjid Tertua di Kalimantan Barat yang Indah
Masjid ini dahulu pernah direnovasi oleh Sultan Muhammad Sjafiuddin II. Lokasi masjid sebelumnya merupakan kediaman Sultan Umar Akamuddin I (1708-1732M) yang kemudian berubah fungsi menjadi sebuah mushola. Inilah Masjid Jami Kesultanan Sambas yang merupakan masjid tertua di Kalimantan Barat. Pemberian nama masjid ini dilakukan oleh Sultan Muhammad Sjafiuddin II. Masjid ini
Sajian Istimewa dari Tanah Rempah
Sajian Istimewa dari Tanah Rempah
Sejak dahulu tanah Maluku terkenal dengan kekayaan rempah-rempahnya. Masyarakat Maluku bahkan pandai untuk memodifikasi atau meracik berbagai ragam kuliner mulai dari makanan hingga minuman dengan bahan dasar rempah. Ragam kuliner tersebut menghasilkan sajian istimewa nan khas yang mampu menggugah selera setiap orang yang mencicipinya.