Satu Hari yang Mencengangkan Dunia

Written by Akhyari Hananto Member at GNFI
Share this
0 shares
Comments
0 replies

Oleh: Ahmad Cholis Hamzah*

Al Jazeera melaporkan tentang pelaksanaan pemilihan umum legislative di Indonesia dengan running text yang mencengangkan pemirsa dunia, bayangkan ada sekitar 186 juta orang di Indonesia yang berhak memilih dimana 60 jutanya adalah pemilih muda, ada sekitar 230.000 calon legislative yang bertarung memperebutkan sekitar 20.000 kursi. Indonesia sebagai Negara demokrasi ketiga terbesar di dunia setelah India, Amerika Serikat menunjukkan dunia bahwa negeri ini mampu menyelenggarakan pemilu secara damai – telepas ada kejadian kecil2an; sementara di Negara-negara berkembang lainnya transisi pemerintahan diwarnai dengan pertumpahan darah. Lihat saja di Negara-negara Afrika dan akhir-akhir ini di Ukraina dimana telah terjadi pertumpahan darah antara masyarakat yang pro dan anti pemerintah. Masyarakatnya terbelah, yang dulu hidup damai kemudian menjadi musuh yang harus dilenyapkan karena berbeda aspirasi politik.

Indonesia juga dikenal sebagai Negara mayoritas muslim terbesar di dunia yang mampu menunjukkan bahwa Islam dan demokrasi tidak berseberangan. Mayoritas muslim di negeri ini berduyun-duyun ke tempat pemungutan suara dengan suka cita seperti menuju tempat pesta dan memilih partai yang mereka kehendaki apakah partai Islam atau tidak dengan bebas tanpa adanya paksaan. Memang disana sini ada laporan tentang praktek money politics – yang juga terjadi di Negara-negara lainnya di dunia ini; tapi secara umum pelaksanaan pemilu di negeri ini aman dan dan damai.

Di Negara –negara Islam di Timur Tengah dan Asia Tengah telah terjadi pergolakan yang menumpahkan darah. Di Syria misalnya sudah lebih dari 150.000 orang terbunuh, di Mesir sampai sekarang terjadi pergolakan yang tidak ada ujung pangkalnya. Termasuk yang terjadi di Bahrain, Lybia, Yaman dan Pakistan. Pertikaian yang menewaskan banyak orang tidak saja karena perbedaan aspirasi politik tapi juga karena perbedaan madzab seperti syiah dan sunni.

Di Indonesia sebaliknya semua partai Islam malah mendorong pengikutnya untuk mengikuti pemilihan umum, menasihati mereka berhati-hati untuk tidak menerima money politic. Para pemuka agama pun tak henti-hentinya memberi pengertian ummatnya agar tidak golput, agar mensukseskan pemilu dengan baik karena keikut sertaan mereka akan menentukan arah Negara dimasa depan.

Dengan berbagai kelemahan yang ada, Indonesia perlu mendapatkan apresiasi secara fair karena sudah mampu menunjukkan dunia bahwa Indonesia dalam waktu singkat sejak reformasi di gulirkan dapat mengalami masa transisi dari Negara totalitarian ke Negara yang demokratis dengan penuh kedamaian. Tanpa harus meniru apa yang dilakukan Indonesia, ada baiknya Negara-negara berkembang di dunia ini juga melihat dan mempelajari pengalaman demokrasi Indonesia ini.

Alumnus University of London dan Universitas Airlangga Surabaya
Dosen di STIE PERBANAS

 
0 comments
  Livefyre
  • Get Livefyre
  • FAQ