together

By Ahmad Cholis Hamzah*

Vikram Nehru dari Carnegie Endowment For International Peace dalam tulisannya baru-baru ini (30 September 2013) tentang prioritas Presiden baru Indonesia setelah tahun 2014, menjelaskan beberapa hal positif tentang Indonesia. Antara lain yang beliau sebutkan adalah kinerja perekonomian Indonesia dalam tiga dekade yaitu antara tahun 1968 dan 1998 cukup mengesankan dengan pertumbuhan rata-rata ekonomi yang mencapai 7,8%. Saat ini pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mencapai 5,8% pun juga sangat mengesankan mengingat kondisi perekonomian global yang terus tidak menentu, yang menyebabkan ekonomi banyak negara-negara di.  dunia tumbuh lambat. Cadangan devisa Negara yang naik perlahan sampai mencapai $ 93 milyar saat ini (pernah mencapai US$124 milyar tahun lalu) tentulah cukup memberikan rasa aman karena bisa menjadi buffer terhadap kemungkinan terjadinya gejolak ekonomi yang besar.

p01b8zct

Pendapatan per kapita negeri ini sudah meningkat menjadi $ 3.500, juga dianggap sesuatu yang menakjubkan, mengingat belum lama lalu, pendapatan per kapita Indonesia hanya $ 400, pendapatan golongan negara miskin. Bahkan orang-orang Indonesia pun selalu berada diperingkat atas sebagai bangsa yang bahagia.

Presiden Indonesia yang akan datang  tentu harus meneruskan apa-apa yang sudah berhasil dicapai negeri ini; termasuk cita-cita bersama menjadi “high-income economy” pada tahun 2035 dengan memiliki pendapatan per kapita lebih dari $ 12,000. Cita-cita mulai ini tidaklah boleh berhenti ditengah jalan karena persoalan-persoalan kepentingan politik jangka pendek.

Selain itu, masih banyak “pending item” yang harus menjadi pemikiran serius Presiden yang akan datang. Beberapa masalah yang masih timbul itu antara lain bahwa selama ini Indonesia hanyalah mengandalkan ekspor komoditas yang sangat rentan terhadap gejolak harga dunia. Komoditas perkebunan dan pertanian misalnya, itu memiliki tingkat kerentanan harga dunia yang tinggi. Negeri ini haruslah mulai juga berfikir untuk membangun industri yang memiliki nilai tambah yang tinggi. Tengok saja negeri jiran Singapura yang tidak memiliki sumber daya alam seperti Indonesia, namun negaranya makmur karena memiliki andalan industry tertier, atau industry jasa dibidang keuangan, perbankan, jasa maritim, serta produk- produk high-tech.

Tantangan lain yang masih menjadi “pending item” tadi adalah perlunya segera menyelesaikan pembangunan infastruktur diseluruh negeri. Rencana memang sudah ada, namun ditingkat implementasi masih lemah. Akibatnya di berbagai daerah masih kita saksikan penduduk yang belum memiliki listrik dan sanitasi yang baik. Tingkat kemacetan di Jakarta karena rendah nya infrastruktur itu sudah mengakibatkan kerugian produktivitas sekitar $ 1 milyar per tahun. Tingkat kemacetan seperti itu tidak hanya terjadi di Jakarta, tapi sudah merambah ke kota-kota besar lainnya di Indonesia.

Tentu masih banyak lagi tantangan kedepannya bagi penanggung jawab baru negeri ini nanti setelah Pilpres 2014, misalnya soal kualitas pendidikan nasional, soal bagaimana menurunkan ketimpangan pembangunan antar daerah, ketidak meratanya pendapatan nasional, soal lingkungan dan sebagainya.

Hanya saja perlu diingat bahwa menghadapi tantangan-tantangan diatas Pemimpin baru negeri ini tidak boleh pesimis; mengingat bangsa ini sudah memiliki asset yang sangat berharga antara lain, tingkat ketahanan bangsa yang masih kuat, tingkat kearifan local yang juga masih baik. Negeri ini memiliki banyak potensi orang pintar yang mau bekerja keras (bukan sekadar pintar berpidato); negeri ini secara umum masih memiliki tingkat kesadaran beragama yang tinggi; negeri ini juga memiliki media yang sudah maju dan terbuka; tak kalah pentingnya negeri ini memiliki aparat keamanan dan pertahanan Pori dan TNI yang masih loyal pada keutuhan NKRI dsb dsb. Semua itu adalah “assets” dan bukan “liabilities” bangsa ini.

Karena itu pemilihan calon Presiden akan datang tahun 2014 merupakan ajang pilihan yang sangat “crucial”; artinya kesalah berjamaah kita karena salah memilih calon yang tepat – akan membuyarkan mimpi Indonesia menjadi Negara yang maju dan disegani bangsa lain.

___

Alumni University of London dan
Universitas Airlangga Surabaya,
Dosen STIE PERBANAS Surabaya.