cyprusbankRT

Ada dua berita yang sangat menarik perhatian saya malam tadi, ketika menonton siaran saluran TV prancis France24. Keduanya terjadi di Eropa, dan yang membuatnya menarik adalah, (tentu saja) secara tidak sengaja, France24 menayangkannya pada satu slot berita, one right after another.

Kejadian yang pertama adalah krisis moneter di Cyprus yang membuat banyak orang menahan nafas dan geleng-geleng kepala. Seperti bank-bank lain di Eropa, bank-bank di Cyprus, sebuah negara mini di Eropa, juga sedang menghadapi masalah likuiditas yang sangat parah, dan sudah dalam tahap yang mengkhawatirkan. Negeri itu diambang kelumpuhan moneter. Uni Eropa (dan IMF) kemudian berjanji akan memberikan bailout untuk menstabilisasikan dunia perbankan di Cyprus dengan jumlah yang fantastis (bahkan untuk ukuran Indonesia), $13 milyar, atau sekitar Rp.130 trilyun.

Yang membuat bailout ini unik dan mendapat banyak tantangan dan kecaman dari rakyat Cyprus adalah setiap orang di Cyprus (bahkan orang asing yanga punya rekening di bank-bank Cyprus) diharuskan untuk berkontribusi untuk ‘membayar’ bailout Uni Eropa tersebut. Setiap orang yang menyimpan uangnya di bank-bank Cyprus, akan dipotong 6%-9% dari saldo rekeningnya. Tentu saja rakyat Cyprus ‘berontak’, karena ekonomi negara tersebut mengalami krisis bukan karena salah mereka, namun salah para pemegang kebijakan di bidang perbankan, dan para pemilik bank.

Sangking marahnya, kebijakan Uni Eropa ini disebut-sebut sebagai ‘an armed robbery by Brussels’.

Itu Cyprus.

Berita tentang Cyprus lalu dilanjutkan dengan berita lain yang sama-sama membuat saya mengeryitkan dahi, yakni pembelian 234 unit pesawat komersial Airbus A320, A320 Neo, dan A321 neo oleh maskapai Indonesia Lion Air dengan nilai transaksi fantastis, $24 milyar, atau setara Rp. 230 trilyun. Nilai ini hampir 2x lipat dari nilai bailout Uni Eropa dan IMF kepada Cyprus. Banyak orang yang sebenarnya bertanya-tanya bagaimana sebuah perusahaan tunggal (yang belum go public) seperti Lion Air bisa melakukan transaksi bernilai 2x lipat dari nilai bailout sebuah negara.

Meskipun keduanya tidak berhubungan, namun kelihatan sekali pesan kontras dari kedua berita tersebut. Eropa yang sedang setengah mati bertahan dari krisis global, dan Asia (Indonesia) yang seolah tak terpengaruh krisis. Dan kita menjadi saksi ke’kontras’an tersebut.