Oleh: Ahmad Cholis Hamzah, MSc

Baru-baru ini Presiden SBY mengundang beberapa rektor Perguruan Tinggi dan Dahlah Iskan Menteri BUMN. Presiden SBY mengatakan bahwa dia setuju dengan gagasan Dahlan Iskan agar Indonesia membuat mobil listrik di kemudian hari, karena mobil macam ini menghemat energy dan tidak merusak lingkungan. Para rektor yang diundang seperti ITB, ITS dan UGM juga merespon gagasan itu, karena kalau benar gagasan itu menjadi kenyataan, maka itu merupakan salah satu solusi untuk menghindari dari ketergantungan akan BBM yang semakin tahun semakin tidak menentu harganya, dan juga menjadi bahan komoditas politik menjelang Pemilihan Umum. Beberapa Menteri dan para rektor itu sepakat untuk merealisasi gagasan ini pada tahun 2014.

Gagasan seperti itu sebenarnya merupakan tantangan bagi putra – putri bangsa Indonesia yang kreatif dan yang telah membuktikan diri mereka bahwa mereka bisa melakukannya. Terbukti dalam kunjungannya ke kampus ITS baru-baru ini Menteri Dahlan Iskan menyaksikan sendiri para mahasiswa Teknik Mesin ITS mampu membuat mobil listrik, hemat BBM “Sapu Angin”. Dan ada beberapa lagi karya para mahasiswa ITS ini yang di tunjukkan kehadapan Menteri Dahlan Iskan.

Kalau kita memiliki ideologi kebangsaan yang kuat, maka seharusnya berita seperti ini harus mendapatkan porsi yang besar di halaman depan setiap Koran di Indonesia dan menjadi perbincangan interaktif yang serius di TV-TV nasional kita yang melebihi berita-berita “politik dagang sapi” di parlemen nasional, atau berita-berita laporan aktris Meriem Belina yang melaporkan tindakan kekerasan pengacara kondang, atau berita –berita apakah PKS itu akan dikeluarkan dari Koalisi Gabungan atau tidak. Berita-berita tentang hasil karya anak bangsa memang seharusnya menjadi salah satu prioritas untuk memotivasi para tunas bangsa ini untuk berkarya lebih baik dan mampu berbicara dalam kompetisi global yang keras seperti saat ini.

Negara-negara berkembang yang dulu tidak diperhitungkan dunia seperti China, India dan Brazil, sekarang mulai “menggegerkan” dunia karena kemajuan ekonominya dan karena kepiwaian putra-putra bangsanya yang menghasilkan produk buatan sendiri. India terkenal dengan hasil karya sepeda motor, mobil, bus, alat-alat mesin lainnya, dana anak-anak muda juga dikenal sebagai orang kaya baru akibat kepintaran mereka di bidang Information Technology, dan mereka ini banyak berada di Sylicon Valley di AS. Brazil juga demikian, negeri ini berhasil membuat pesawat terbang yang mutunya tidak kalah dengan negara-negara maju. China sekarang juga dengan jerih payah para ahlinya berhasil membuat negeri ini ranking nomor dua negara yang memiliki devisa negara lebih dari USD 2 trilliun. Ketiga negeri ini sekarang masuk di kelompok penyeimbang global yang bernama BRICS yang terdiri dari Brazil, Rusia, India, China dan Afrika Selatan. Keberhasilan mereka membuat negara-negara mereka sekarang diperhitung dunia tidak lain salah satunya adalah karena negara-negara ini memberi apresisasi yang tinggi terhadap karya putra-putrinya.

Indonesia, tentu seharusnya tidak kalah dengan negara-negara yang kita sebut diatas, karena Indonesia memiliki kekayaaan yang berlimpah- sampai-sampai orang Timur Tengah berpendapat bahwa kalau Surga itu pecah ke dunia, maka pecahan Surga itu ya Indonesia ini. Selain itu negeri ini memiliki posisi yang strategis, kualitas sumber daya manusia yang bagus dan memiliki para mahasiswa yang brilian otaknya. Sayangnya kehebatan mereka tidak di ketahui publik karena bukan merupakan berita yang meng- “entertain” seperti berita gossip kehidupan para actor dan aktris serta politisi. Sayangnya karena kita tidak memiliki ideology yang kuat berbangsa dan bernegara ini, maka anak-anak pintar kita tidak mendapatkan apresiasi yang besar. Jangan disalahkan kalau nanti ada banyak anak-anak pintar kita yang di “bajak” luar negeri karena di iming-imingi dengan bayaran tinggi dan dana penelitian yang “unlimited” !

Negeri yang kaya akan karya anak bangsa ini harus memiliki Industri baja yang tangguh seperti negara India, Brazil dan China diatas. Industri baja yang penting untuk mendukung karya anak bangsa ini harus dipertahankan dan tidak harus dijual-apapun alasannya.

Alumni University of London, Universitas Airlangga Surabaya dan dosen STIE PERBANAS Surabaya.