By Akhyari Hananto

Saya termenung ketika mendengar pidato seseorang yang dengan enteng mengatakan “Apalah artinya pertumbuhan ekonomi, tanpa pemerataan. Mending ekonomi tidak tumbuh daripada jurang sosial makin lebar”. Bagi orang awam, pernyataan tersebut sungguh pro rakyat kecil, dan cerdas. Benarkah begitu?

Sederhana menjawabnya..dan ini pelajaran waktu SMA dulu.

Pertumbuhan ekonomi dihitung dari produk domestik bruto (PDB) tahun ini, dibandingkan dengan PDB tahun lalu. Dan rumus sederhananya adalah :

PDB = Konsumsi + Investasi + Pengeluaran Pemerintah + Surplus/defisit Ekspor-Impor.

Dengan mengatakan bahwa Ekonomi tidak tumbuh tidak apa-apa, artinya =

  1. Konsumsi NOL. Penjual batik gak ada yang beli, penjual baksa gak ada yang beli, dealer motor kosong, penjual HP dan pulsa gigit jari gak ada konsumen. Penjual beras, sayur, lontong, sate, harus menunggu setahun penuh tanpa pembeli. Telpon gak dibayar, TV satelit gak dibayar, listrik gak dibayar, air gak dibayar.
  2. Investasi NOL. Tidak ada pengusaha yang membuat usaha baru, tidak ada perekrutan karyawan baru, tidak boleh menerima karyawan baru, perusahaan yang memiliki peluang besar mengembangkan usahanya terpaksa tidak boleh mengembangkan sayapnya.
  3. Pemerintah tidak boleh memberi subsidi BBM, subsidi pendidikan, gak boleh bangun infrastruktur, gaji PNS, polisi, TNI gak dibayar. Pemerintah gak boleh keluar uang.
  4. Expor NOL…Impor NOL.

Jadi, mari kita bayangkan, kira-kira kalau ekonomi gak tumbuh, apa yang akan terjadi. Dan bayangkan, apakah mungkin membuat ekonomi merata tanpa menumbuhkan ekonomi. Pemerataan membutuhkan campur tangan semua pihak, bukan hanya pemerintah, tapi juga masyarakat, pihak swasta, dll. Tidak cukup hanya mendistribusikan kekayaan saja, tapi juga menumbuhkan pengetahuan, wawasan, pendidikan, dan lain lain.

Betul. Memeratakan ekonomi, jauh lebih kompleks dibandingkan menumbuhkannya. Namun, mengharapkan pemerataan dengan menyepelekan pertumbuhan ekonomi, adalah seperti petani mengairi seluruh sawah dengan air secara merata, namun kemudian tidak mau membeli benih/bibit untuk ditanam…karena takut nggak merata.