Setelah kemerdekaan, kita tahu bahwa Sekutu dan Belanda yang menang perang melawan Jerman begitu bersemangat untuk membuat Indonesia menjadi jajahannya lagi. Bukan apa-apa, Sekutu (dalam hal ini Inggris) dan Belanda adalah 2 negara yang porak poranda karena perang, dan mereka membutuhkan sumber dana yang luar biasa besar, untuk membangun kembali negerinya yang menjadi puing-puing. Dan Indonesia, negeri yang kaya akan sumber daya, menjadi incaran mereka.

Praktis, 5 tahun pertama semenjak kemerdekaan, rakyat Indonesia sibuk mengangkat senjata mempertahankan tanah air mereka. Kita mengenal dengan baik pertempuran dahsyat di Surabaya pada 10 November 1945, juga Bandung Lautan Api pada 1946, dan tentu saja Serangan Umum 1 Maret 1949 di Jogja.

Namun, banyak dari kita yang seringkali lupa, bahwa ditengah pulau Jawa, tepatnya di Ambarawa, berlangsung peperangan brutal antara TNI bersama rakyat melawan Sekutu yang dibantu tawanan-tawanan Jepang. Demikian brutalnya, hingga pertempuran berlangsung selama 4 hari terus menerus.

Pada tanggal 20 Oktober 1945 tentara Sekutu dibawah pimpinan Brigadir Jendral Bethell mendarat di Semarang dengan maksud mengurus tawanan Jepang yang berada di Jawa Tengah. Kedatangan sekutu ini diboncengi NICA. Mulanya kedatangan Sekutu disambut baik, bahkan gubernur Jawa Tengah Mr. Wongsonegoro menyepakati untuk menyediakan bahan makanan dan keperluan lain bagi kelancaran tugas Sekutu. Sekutu berjanji tidak akan mengganggu kedaulatan Republik Indonesia.

Namun ketika pasukan Sekutu dan NICA telah sampai di Ambarawa dan Magelang untuk membebaskan para tawanan, tentara Belanda justru mempersenjatai mereka sehingga menimbulkan amarah pihak Indonesia. Insiden bersenjata timbul di kota Magelang, hingga terjadi pertempuran. Di Magelang tentara Sekutu bertindak sebagai penguasa yang melucuti Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan membuat kekacauan.

TKR resimen Magelang pimpian M. Sarbini membalas tindakan tersebut dengan mengepung tentara Sekutu dari segala penjuru. Namun Sekutu berhasil diselamatkan dari kehancuran berkat campur tangan presiden Sukarno yang menenangkan suasana. Kemudian pasukan Sekutu secara dian-diam meninggalkan kota Magelang menuju benteng Ambarawa. Resimen Kedu Tengah di bawah pimpinan Letnan Kolonel M. Sarbini segera mengadakan pengejaran terhadap Sekutu. Gerakan mundur tentara Sekutu tertahan di desa Jambu karena dihadang oleh pasukan Angkatan Muda di bawah pimpinan Ono Sastrodihardjo yang diperkuat oleh pasukan gabungan dari Ambarawa, Suruh, dan Surakarta.

Tentara Sekutu kembali dihadang di Ngipik. Tentara Sekutu mencoba menduduki dua desa disekitar Ambarawa. Tetapi pasukan Indonesia dibawah pimpinan Letnan Kolonel Isdiman berusaha membebaskan kedua desa tersebut. Pada pertempuran ini Letnan Kolonel Isdiman gugur.

Gugurnya Letkol Isdiman, membuat Komandan divisi V Banyumas Sudirman merasa kehilangan perwira terbaiknya sehingga ia langsung turun ke lapangan dan memimpin pertempuran. Kehadiran Kolonel Sudirman memberikan semangat baru kepada pasukan RI. Pengepungan terhadap musuh semakin ketat. Siasat yang diterapkan adalah serangan mendadak secara serentak di semua sektor.

Tanggal 23 November 1945 ketika matahari mulai terbit, mulailah terjadi tembak-menembak dengan pasukan Sekutu yang bertahan di kompleks gereja dan pekuburan Belanda di jalan Margo Agung. Tentara Sekutu mengerahkan tawanan-tawanan Jepang untuk menyusup dari arah belakang, karena itu pasukan Indonesia pindah ke Bedono. Pada tanggal 11 Desember 1945, Kolonel Sudirman mengadakan rapat dengan komandan sektor TKR dan Laskar.

Pada tanggal 12 Desember 1945 pukul 04.30 pagi, serangan mulai dilancarkan.

Pertempuran berkobar di Ambarawa. Satu setengah jam kemudian, jalan raya Semarang-Ambarawa dikuasai oleh kesatuan-kesatuan TKR. Pertempuran Ambarawa berlangsung sengit, Kolonel Sudirman langsung memimpin pasukannya yang menggunakan taktik pengepungan rangkap sehingga musuh benar-benar terkurung. Setelah bertempur selama 4 hari, pada tanggal 15 Desember 1945 pertempuran berakhir dan Indonesia berhasil merebut Ambarawa dan Sekutu dibuat mundur ke Semarang.

Tanggal 15 Desember, diperingati sebagai Hari Jadi Angkatan Darat! Dan kami takkan lupa Ambarawa.