Categorized | Artikel, General, MSN

Hari Ketika Langit di Surabaya Berwarna Merah

“Jegguurrr, pun kadhos lindu niko, nak. Anak-anak kulo nangis jejeritan, langsung mlajar medal griyo- Jeggurr, pokoknya seperti gempa itu, nak. Anak-anak saya langsung lari keluar rumah

Mbah Ali yang saya temui di Surabaya beberapa waktu lalu memulai bercerita tentang bagaimana awal mula pertempuran Surabaya 10 November 1945. Dia mengatakan bahwa entah dari mana, ledakan-ledakan besar terjadi di berbagai titik di Surabaya. Baru beberapa hari kemudian, Mbah Ali mengetahui bahwa bom-bom itu dimuntahkan dari kapal-kapal perang Inggris.

Mbah Ali menggandeng 2 anaknya yang masih kecil untuk berlari menjauh dari sumber-sumber ledakan. “Anak-anak mung saget nangis - Anak-anak hanya bisa menangis”. Dia masih ingat banyak diantara tetangganya yang lari sambil membopong anak-anaknya yang ternyata sudah tidak bernyawa.

Pertempuran Surabaya 10 November meninggalkan bekas yang takkan pernah hilang di sanubari mbah Ali, dimana Sumirah, istrinya, gugur pada saat menjadi relawan palang merah. “Kathah ingkah kicalan sekeluwargo-Banyak yang kehilangan seluruh keluarganya” lanjut mbah Ali. Mbah Ali sendiri kemudian bergabung dengan para pemuda yang datang dari berbagai wilayah di Jawa Timur untuk menahan laju tentara Inggris yang diboncengi Belanda. Menurutnya, banyak pemuda yang datang berjalan kaki dari Jombang, Pasuruan, Nganjuk, untuk bergabung dengan para pemuda laskar. Menurutnya, cerita bahwa para pemuda hanya bersenjatakan bambu runcing adalah benar adanya. “Wonten ingkang namung ngagem plinteng-Banyak yang hanya bersenjatakan ketapel batu” ungkapnya.

Arek-arek Surabaya memanggul bambu runcing dalam pertempuran Surabaya, mengahadapi pasukan Inggris dan NICA (Belanda) di Surabaya, Jawa Timur, 10 November 2011 (Surabaya.go.id)

Pada tanggal 25 Oktober 1945, tentara Inggris mendarat di Surabaya, yang tergabung dalam AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies) atas keputusan dan atas nama Blok Sekutu, dengan tugas untuk melucuti tentara Jepang, membebaskan para tawanan perang yang ditahan Jepang, serta memulangkan tentara Jepang ke negerinya. Namun selain itu tentara Inggris yang datang juga membawa misi mengembalikan Indonesia kepada administrasi pemerintahan Belanda sebagai negeri jajahan Hindia Belanda. NICA (Netherlands Indies Civil Administration) ikut membonceng bersama rombongan tentara Inggris untuk tujuan tersebut.

Pertempuran-pertempuran sporadis terjadi di berbagai tempat di Surabaya sejak tanggal 28 Oktober pagi hari, dan mencapai tensi paling tinggi ketika dengan terbunuhnya Brigadir Jenderal Mallaby, (pimpinan tentara Inggris untuk Jawa Timur), pada 30 Oktober 1945 sekitar pukul 20.30. Mobil Buick yang ditumpangi Brigadir Jenderal Mallaby berpapasan dengan sekelompok milisi Indonesia ketika akan melewati Jembatan Merah. Kesalahpahaman menyebabkan terjadinya tembak menembak yang berakhir dengan tewasnya Brigadir Jenderal Mallaby oleh tembakan pistol seorang pemuda Indonesia yang sampai sekarang tak diketahui identitasnya, dan terbakarnya mobil tersebut terkena ledakan granat yang menyebabkan jenazah Mallaby sulit dikenali.

Tentara Inggris mulai masuk kota dengan tank-tank Stuart (Foto from Imperial War Museum)

Kematian Mallaby ini menyebabkan pihak Inggris marah kepada pihak Indonesia dan berakibat pada keputusan pengganti Mallaby, Mayor Jenderal Eric Carden Robert Mansergh untuk mengeluarkan ultimatum 10 November 1945 untuk meminta pihak Indonesia menyerahkan persenjataan dan menghentikan perlawanan pada tentara AFNEI dan administrasi NICA.

Secara diam-diam, Inggris mendaratkan 24,000 pasukan dari Divisi ke-5 yang didatangkan dari Malaya, yang berpengalaman dari pertempuran Al Alamein di Afrika Utara melawan tentara Nazi pimpinan Rommel, beserta tank-tank serta pesawat-pesawat pembom. Peperangan berlangsung sangat dahsyat, dan menjadi headlines di berbagai media di dunia. Ini pertempuran pertama yang terbesar dan terdahsyat setelah berakhirnya Perang Dunia II. Tentara Inggris awalnya memperkirakan bahwa Surabaya akan jatuh ke tangan mereka dalam waktu 3 hari, namun ternyata pertempuran berlangsung terus menerus selama lebih dari 3 minggu sebelum akhirnya Surabaya dapat dikuasai.

Pengungsian besar-besaran ke luar kota Surabaya

Disitulah tergambar nyata bagaimana wujud asli dari persatuan dan pengorbanan, dimana para tentara, petani, santri, pegawai pemerintah, tukang becak, sama-sama mengangkat senjata, mengobarkan perlawanan, mempertahankan setiap jengkal tanah. Dalam bukunya, seorang letnan Inggris Lieut-Col. A.J.F. Doulton said in this book “The Fighting Cock”: “the Indonesian people in Surabaya did not care about the victims. If one fell, another one came forward. Bren firing continued to arrive in greater numbers, pushing on and on …- Orang Surabaya tidak peduli dengan banyaknya korban yang jatuh, setiap orang yang tertembak, akan selalu digantikan dengan orang lain yang maju ke depan. Tembakan Bren berlangsung terus menerus mendesak maju”. Tentara Inggris mengatakan bahwa pertempuran Surabaya sebagai “Neraka”, dimana begitu banyak orang yang menjadi korban, namun pertempuran masih terus berlangsung. Dalam Perang Dunia II yang berlangsung selama 4 tahun, tak satupun jendral Inggris yang terbunuh, namun pertempuran Surabaya yang (hanya) berlangsung hampir sebulan, membuat Inggris kehilangan 2 jendralnya, yakni Brigadier General AWS Mallaby, dan Mayor General Mansergh.

Pertempuran di Surabaya menjadi salah satu bukti, bahwa bangsa ini lahir dari hasil keringat dan darah para pendahulu kita, bukan hasil dari orang-orang yang mudah mengeluh dan menyerah, bangsa ini lahir dari orang-orang yang rela berkorban bahkan nyawanya. Bangsa ini lahir dari orang-orang seperti mbah Ali yang meski umurnya sudah diatas 80 tahun, namun masih tetap bekerja ke ladang, dan membersihkan halaman rumahnya sendiri. Saya teringkat kata-kata terakhir mbah Ali ketika kami menutup pembicaraan “Waktu pertempuran itu, kalau saya punya 2 nyawa, dua-duanya akan saya persembahkan untuk bangsa ini“, kata-kata yang mengejutkan dan menampar ego saya berkali-kali.

Ditulis untuk Good News From Indonesia oleh Akhyari Hananto

VN:F [1.9.11_1134]
Rating: 5.0/5 (3 votes cast)
VN:F [1.9.11_1134]
Rating: +4 (from 4 votes)
Hari Ketika Langit di Surabaya Berwarna Merah, 5.0 out of 5 based on 3 ratings

Popularity: 3% [?]

Share this Good News!
  • Print
  • Digg
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google Bookmarks
  • email
  • Reddit
  • Technorati
  • Twitter
  • Yahoo! Buzz
  • Tumblr
  • LinkedIn
  • MySpace

This post was posted by:

Akhyari - who has posted 870 posts on Good News From Indonesia.


Contact the author


5 Responses to “Hari Ketika Langit di Surabaya Berwarna Merah”

  1. laz says:

    sumpah ini sejarah yg penuh pengorbanan dan kata2 mbah ali yg terakhir sungguh mengena di hati,kalo liat jaman sekarang berbanding terbalik sama yg dulu.sekarang anak2 muda tidak punyak rasa nasionalisme

    VA:F [1.9.11_1134]
    Rating: 0.0/5 (0 votes cast)
    VA:F [1.9.11_1134]
    Rating: -1 (from 1 vote)
    • Damar says:

      Maaf, saya ga setuju. jangan buru2 men-generalisir.. Sekarang semangat nasionalisme pemuda lebih tinggi daripada tahun2 sebelumnya. Salah satunya karena GNFI. Merdeka!

      VA:F [1.9.11_1134]
      Rating: 0.0/5 (0 votes cast)
      VA:F [1.9.11_1134]
      Rating: 0 (from 0 votes)
    • yoanda says:

      Memang masih ada anak-anak muda yang apatis dengan tanah airnya sendiri. Untuk itulah GNFI ada.. Untuk mengajak, menyadarkan, dan menyebarkan rasa cinta nasionalisme terhadap negeri lebih lanjut. :D

      VN:F [1.9.11_1134]
      Rating: 0.0/5 (0 votes cast)
      VN:F [1.9.11_1134]
      Rating: 0 (from 0 votes)
  2. Fitorio Leksono says:

    Mau revisi sedikit

    Mallaby ketika itu tidak sedang kebetulan melintas, tetapi memang saat itu dia dan Residen Sudirman (Residen Surabaya) dan Dr. Mustopo (Komandan BKR Surabaya) akan melakukan mediasi gencatan senjata. Ini dilakukan untuk menyelamatkan pasukan Gurkha yg bertahan di Gedung Internatio, yang dikepung oleh pemuda. Gedung Internatio ini persis di depan jembatan merah. Saat ini keduanya masih bisa dilihat.

    Kenapa pasukan Gurkha itu ingin diselamatkan? karena sehari sebelumnya peleton Gurkha musnah dibasmi pemuda di daerah Wonokromo.

    Soal siapa pembunuhnya juga masih rancu. Karena pada saat itu tembakan juga datang dari arah gedung, bbrp kesaksian tentara Inggris mengatakan mereka menembak utk melindungi mobil Mallaby yang ereka kira akan diserbu oleh pemuda. Di lain pihak pemuda mengatakan menembak karena membalas tembakan dari gedung. Mobil Mallaby ada di tengah2 pertempuran yang mendadak terjadi.

    VA:F [1.9.11_1134]
    Rating: 0.0/5 (0 votes cast)
    VA:F [1.9.11_1134]
    Rating: 0 (from 0 votes)
  3. udi says:

    tapi sy krg setuju kl mallaby tewas oleh pemuda, tdk ada satupun hal yg dpt menjelaskan secara detail kejadian itu, krna pd saat itu situasinya sngat kacau dan tentara inggris selalu saja menembaki dari gedung internatio….merdeka

    VA:F [1.9.11_1134]
    Rating: 0.0/5 (0 votes cast)
    VA:F [1.9.11_1134]
    Rating: 0 (from 0 votes)

Trackbacks/Pingbacks


    Leave a Reply

    Design your own t-shirt at ooShirts.com!
    Parlemen Muda Indonesia

    GNFI’s Charity Project

    GNFI Channels


    ShoutMix chat widget

    counter
    Share

    Good News by Month

    Meta